GOA KREO SEMARANG
GOA KREO SEMARANG
Goa Kreo merupakan kawasan wisata yang ada
di Kota Semarang. Kawasan ini semakin unik karena menjadi habitat bagi kawanan
kera atau monyet liar. Jadi selain dapat menikmati wisata di Goa Kreo, pengunjung juga bisa menikmati destinasi wisata lain
yang sama-sama berada di area Waduk Jatibarang. Goa Kreo menawarkan wisata alam bagi
pengunjung. Meski demikian, lokasi Goa Kreo tergolong mudah dijangkau dari berbagai lokasi
Strategis di Kota Semarang. Di sekitar
lokasi Goa Kreo juga
terdapat banyak spot foto yang menarik. Spot foto yang menawarkan pemandangan Waduk Jatibarang ini terpisah dengan Goa Kreo. Jadi pengunjung harus membayar kocek lagi untuk
berpose di berbagai spot foto itu.
Sebagai
destinasi wisata, Goa Kreo tidak hanya
menyuguhkan pemandangan alam saja. Goa Kreo juga lekat dengan legenda yang
hidup turun-temurun, melalui cerita lisan yang beredar di masyarakat. Ada
beberapa versi mengenai legenda Goa Kreo. Meski demikian, hanya sedikit saja perbedaannya. Secara
umum, inti dari cerita yang berdar di masyarakat adalah sama. Berdasarkan
cerita tersebut, keberadaan Goa Kreo tidak bisa dilepaskan dari keberadaan para wali
di tanah Jawa, terutama Sunan Kalijaga. Kala itu, sedang dilakukan pembangunan Masjid
Agung Demak, di Glagahwangi.
Beberapa
wali ditugaskan untuk mencari kayu sebagai bahan tiang utama Masjid Agung
Demak. Konon, pada masa itu Sunan Kalijaga dan beberapa santrinya ditugaskan untuk
mencari ke arah selatan. Singkat cerita, Sunan Kalijaga berhasil menemukan pohon jati besar yang
dinilai sesuai. Pohon tersebut kemudian ditebang untuk dibawa ke Demak. Untuk
mempermudahkan dalam mengantar kayu tersebut, Sunan Kalijaga memilih untuk melarung (menghayutkan) kayu
jati tersebut lewat sungai. Ketika melewati belokan sungai, sayangnya kayu
tersebut tidak bisa lewat karena terjepit di antara bebatuan. Meski sudah
melakukan berbagai upaya, Sunan Kalijaga dan rombongan tidak bisa mengatasi masalah
tersebut. Oleh karena itu rombongan memilih istirahat terlebih dulu di sebuah
bukit yang ada goanya. Di sini, Sunan Kalijaga bersemedi atau bermunajat untuk memohon
petunjuk dan kemudahan dari Tuhan. Pada waktu itu kemudian datanglah sekawanan
kera yang terdiri atas kera berwarna merah, hitam, putih, dan kuning.
Kawanan
kera tersebut bermaksud membantu kesulitan yang sedang dihadapi oleh Sunan Kalijaga beserta rombongan. Kayu jati tersebut
kemudian dipotong menjadi dua bagian. Satu bagian ditinggal, dan bagian lain
akan dibawa ke Demak. Akhirnya, kayu tersebut berhasil dihanyutkan kembali
untuk dibawa ke Demak. Keempat kera tersebut ingin mengikuti perjalanan Sunan Kalijaga, akan tetapi Sang Sunan tidak mengizinkannya. Sunan
Kalijaga kemudian memberikan keempat kera tersebut tugas, yaitu untuk menjaga
kayu jati tersebut serta sungai dan bukit bergoa yang ada. Kala itu Sunan Kalijaga mengatakan "Mangreho" yang
berarti peliharalah atau jagalah. Seiring dengan berjalannya waktu, kata
tersebut menjadi lebih akrab dengan "Kreo" yang menjadi nama dari goa
tersebut.
Goa Kreo
terletrak di Jalan Raya Goa Kreo, Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah (Pos 50222). Jika pengunjung datang dari
arah kota, pengunjung dapat melalui Jalan Kaligarang. Ambil saja rute menuju Klenteng Sam Poo Kong. Tepat
sebelum Kelenteng Sam Poo Kong, ada sebuah pertigaan. Di pertigaan tersebut,
belok kiri menuju Jalan Taman Gedung Batu Raya. Selanjutnya, pengunjung tinggal
menyusuri Jalan Simongan, Jalan Untung Suropati, kemudian menuju Jalan Candi
Penataran Raya. Kemudian, ikuti Jalan Raya Manyaran Gunungpati hingga menjumpai
gapura wisata Goa Kreo di sebelah
kanan jalan. Melewati gapura tersebut, pengunjung hanya perlu menyusuri Jalan
Raya Goa Kreo hingga
sampai di kawasan wisata Goa Kreo. Melalui rute ini, jarak Klenteng Sam Poo Kong menuju Goa Kreo sekitar 9,2 Km. Selain Klenteng Sam Poo Kong, Goa Kreo juga mudah diakses dari berbagai tempat
strategis lain di Kota Semarang. Dari Universitas Negeri Semarang, Goa Kreo hanya berjarak sekitar 10,5 Km. Jarak tersebut
dapat ditempuh dengan waktu sekitar 25 menit menggunakan kendaraan bermotor. Dari
objek wisata Puri Maerokoco, Goa Kreo berjarak sekitar 13,9 Km.
Memasuki
Jalan Raya Goa Kreo, pengunjung akan
disambut nuansa alam yang hijau. Di sepanjang jalan ini, berjajar berbagai
pohon yang membuat suasana menjadi asri. Meski jalan sedikit berkelok dan
berkontur naik-turun, aspal jalan tergolong bagus. Jadi pengunjung dapat
menikmati perjalanan dengan suasana alami. Tidak perlu takut tersesat, di
lokasi ini sudah tersedia penunjuk arah menuju Goa Kreo. Setelah memasuki loket tiket, pengunjung harus
memakirkan kendaraan di lokasi yang sudah disediakan. Mulai di lokasi parkir
ini, pengunjung akan mulai menjumpai keberadaan kawanan kera atau monyet liar. Kawasan Goa Kreo merupakan habitat bagi monyet liar tersebut. Meski demikian, mereka sudah
terbiasa dengan kehadiran wisatawan yang berkunjung ke Goa Kreo.
Dari lokasi tempat parkir kendaraan, pengunjung akan melewati anak tangga menurun yang cukup panjang. Tangga tersebut akan membawa pengunjung menuju ke sebuah jembatan. Jembatan inilah yang menghubungkan lokasi parkir dan Goa Kreo, karena memang dipisahkan oleh bagian dari Waduk Jatibarang. Di ujung jembatan, terdapat patung monyet. Beberapa monyet juga seringkali bermain di area jembatan ini. Di sini, pengunjung bisa berfoto dengan latar belakang Waduk Jatibarang. Jika beruntung, pengunjung juga bisa berfoto dengan monyet yang ada di sana (dari kejauhan). Meski demikian, pengunjung perlu berhati-hati. Tidak disarankan membawa barang atau makanan yang dapat menarik perhatian monyet tersebut. Di bagian tengah jembatan terdapat semacam ruang beratap. Di bagian atap terdapat hiasan berupa relief berwarna, yang mengisahkan legenda Goa Kreo. Setelah melewati jembatan, akan dijumpai anak tangga naik. Untuk sampai ke Gua Kreo, pengunjung harus melewati tangga ini. Sebenarnya, di kawasan ini terdapat dua goa yang bisa dilalui, yaitu Goa Kreo dan Goa Landak. Jika terus menyusuri tangga, pengunjung akan sampai ke bagian atas bukit. Tangga tersebut memutar bukit, sehingga nantinya akan membawa ke arah jembatan lagi.
Analisislah
kaidah kebahasaan teks laporan hasil observasi yang terdapat pada teks Goa Kreo Semarang berikut:
Kaidah Kebahasaan |
Kutipan Teks |
Kata
Benda Umum |
|
Kata
Kerja Material |
|
Kata
Kopula |
|
Kata
Pengelompokan |
|
Kata
Keadaan |
|
Kata
Teknis |
|
Komentar
Posting Komentar