PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK TEKS HIKAYAT
A.
Pengertian
Teks Hikayat
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Hikayat
ialah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita,
undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis,
biografis, atau gabungan sifat- sifat itu. Hikayat dibaca untuk pelipur lara,
pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta. (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Hikayat).
B. Karakteristik Teks Hikayat
·
Bersifat rekaan atau imajinatif
Hikayat
merupakan cerita khayal (imajinatif). Cerita tersebut diolah sedemikian rupa
sehingga memberikan gambaran pembacaan teks cerita yang utuh. Tokoh, latar, dan
jalan cerita dikisahkan seolah-olah berdasarkan cerita yang benar-benar
terjadi.
·
Mengandung
kemustahilan
Kemustahilan berarti hal yang tidak logis atau tidak dapat dinalar.
Hikayat mempunyai ciri kemustahilan dari segi cerita.
·
Anonim
Teks hikayat bersifat anonim, artinya tidak diketahui secara jelas nama
pengarangnya. Hal tersebut disebabkan hikayat merupakan jenis sastra lisan yang
diceritakan dari mulut ke mulut.
·
Istanasentris
Cerita dalam hikayat sering kali berlatar kerajaan (istanasentris). Kisah
yang diceritakan pun pada umumnya berpusat pada lingkungan kerajaan.
·
Statis
Hikayat
biasanya berisi cerita yang hampir sama. Ceritanya cenderung tidak berkembang
karena hanya berpusat pada kehidupan istana atau Kerajaan.
C.
Contoh Teks
Hikayat
Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak
Menurut sahibul hikayat, sebermula ada seorang
Datu yang sakti mandraguna sedang bertapa di tengah laut. Namanya Datu Mabrur.
Ia bertapa di antara Selat Laut dan Selat Makassar.
Siang-malam ia bersamadi di batu karang, di
antara percikan buih, debur ombak, angin, gelombang dan badai topan. Ia memohon
kepada Sang Pencipta agar diberi sebuah pulau. Pulau itu akan menjadi tempat
bermukim bagi anak-cucu dan keturunannya, kelak.
Hatta, ketika laut tenang, seekor ikan besar
tiba-tiba muncul dari permukaan laut dan terbang menyerangnya.Tanpa beringsut
dari tempat duduk maupun membuka mata, Datu Mabrur menepis serangan mendadak
itu.
Ikan itu terpelanting dan jatuh di
karang.Setelah jatuh ke air, ikan itu menyerang lagi.Demikian berulang-ulang.Di
sekeliling karang, ribuan ikan lain mengepung, memperlihatkan gigi mereka yang
panjang dan tajam, seakan prajurit siap tempur.Pada serangannya yang terakhir,
ikan itu terpelanting jatuh persis saat Datu Mabrur membuka matanya.
“Hai, ikan!Apa maksudmu mengganggu samadiku?
Ikan apa kamu?”
“Aku ikan todak, Raja Ikan Todak yang menguasai
perairan ini.Samadimu membuat lautan bergelora.Kami terusik, dan aku memutuskan
untuk menyerangmu.Tapi, engkau memang sakti, Datu Mabrur.Aku takluk,” katanya,
megap-megap.Matanya berkedip-kedip menahan sakit.Tubuhnya terjepit di sela-sela
karang tajam.
“Jadi, itu rakyatmu?”Datu Mabrur menunjuk
ribuan ikan yang mengepung karang.“Ya, Datu.Tapi, sebelum menyerangmu tadi,
kami telah bersepakat.Kalau aku kalah, kami akan menyerah dan mematuhi apa pun
perintahmu.”
“Datu, tolonglah aku.Obati luka-lukaku dan
kembalikanlah aku ke laut.Kalau terlalu lama di darat, aku bisa mati. Atas nama
rakyatku, aku berjanji akan mengabdi padamu, bila engkau menolongku...” Raja
Ikan Todak mengiba-iba.Seolah sulit bernapas, insangnya membuka dan menutup.
“Baiklah,” Datu Mabrur berdiri.“Sebagai sesama
makhluk ciptaan-Nya, aku akan menolongmu.”
“Apa pun permintaanmu, kami akan
memenuhinya.Datu ingin istana bawah laut yang terbuat dari emas dan permata,
dilayani ikan duyung dan gurita?Ingin berkeliling dunia, bersama ikan paus dan
lumba-lumba?”
“Tidak. Aku tak punya keinginan pribadi, tapi
untuk masa depan anak-cucuku nanti.” Lalu, Datu Mabrur menceritakan maksud
pertapaannya selama ini.
“Akan kukerahkan rakyatku, seluruh penghuni
lautan dan samudera. Sebelum matahari terbit esok pagi, impianmu akan terwujud.
Aku bersumpah!” jawab Raja Ikan Todak.
Datu Mabrur tak dapat membayangkan, bagaimana
Raja Ikan Todak akan memenuhi sumpahnya itu. “Baiklah.Tapi kita harus membuat
perjanjian.Sejak sekarang kita harus sa-ijaan, seiring sejalan.Seia sekata,
sampai ke anak-cucu kita. Kita harus rakat mufakat, bantu membantu, bahu
membahu. Setuju?”
“Setuju, Datu,” sahut Raja Ikan Todak yang
tergolek lemah. Ia sangat membutuhkan air.
Mendengar jawaban itu, Datu Mabrur
tersenyum.Dengan hati-hati, dilepaskannya tubuh Raja Ikan Todak dari jepitan
karang, lalu diusapnya lembut.
Ajaib! Dalam sekejap, darah dan luka di sekujur
tubuh Raja Ikan Todak itu mengering! Kulitnya licin kembali seperti semula,
seakan tak pernah luka.Ikan itu menggerak-gerakkan sirip dan ekornya dengan
gembira.
Dengan lembut dan penuh kasih sayang, Datu
Mabrur mengangkat Raja Ikan Todak itu dan mengembalikannya ke laut. Ribuan ikan
yang tadi mengepung karang, kini berenang mengerumuninya, melompat-lompat
bersuka ria.
“Sa-ijaan!”seru Raja Ikan Todak sambil melompat
di permukaan laut. “Sa-ijaan!” sahut Datu Mabrur.Sebelum tengah malam, sebelum
batas waktu pertapaannya berakhir, Datu Mabrur dikejutkan oleh suara gemuruh
yang datang dari dasar laut.Gemuruh
perlahan, tapi pasti. Gemuruh suara itu terdengar bersamaan dengan
timbulnya sebuah daratan, dari dasar laut! Kian lama, permukaan daratan itu
kian tampak. Naik dan terus naik! Lalu, seluruhnya timbul ke permukaan!
Di bawah permukaan air, ternyata jutaan ikan
dari berbagai jenis mendorong dan memunculkan daratan baru itu dari
dasarlaut.Sambil mendorong, mereka serempak berteriak, “Sa-ijaan! Sa-ijaan! Sa-ijaaan...!”
Datu Mabrur tercengang di karang pertapaannya. Raja Ikan Todak telah memenuhi
sumpahnya!
Bersamaan dengan terbitnya matahari pagi,
daratan itu telah timbul sepenuhnya.Berupa sebuah pulau.Lengkap dengan ngarai,
lembah, perbukitan dan pegunungan.Tanahnya tampak subur.Pulau kecil yang
makmur.
Datu Mabrur senang dan gembira. Impiannya
tentang pulau yang akan menjadi tempat tinggal bagi anak-cucu dan keturunannya,
telah menjadi kenyataan. Permohonannya telah dikabulkan. Dengan memanjatkan
puji dan syukur kepada Sang Pencipta, ia menamakannya Pulau Halimun.
Alkisah, Pulau Halimun kemudian disebut Pulau
Laut. Sebab, ia timbul dari dasar laut dan dikelilingi laut. Sebagai hikmahnya,
kata sa-ijaan dan ikan todak dijadikan slogan dan lambang Pemerintah Kabupaten
Kotabaru.
(Buku
Siswa Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia Kelas X)
Untuk meningkatkan pemahaman kalian, silakan klik video dan link di bawah ini!
Komentar
Posting Komentar