NILAI-NILAI DALAM TEKS HIKAYAT
NILAI-NILAI
YANG TERKANDUNG DALAM TEKS HIKAYAT TERDIRI DARI:
1. Nilai
budaya memuat konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam
pikiran sebuah masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap amat mulia.
2. Nilai
pendidikan adalah nilai yang berkaitan dengan semangat atau
kemauan seseorang untuk terus belajar secara sadar.
3. Nilai
religius merupakan nilai yang mengikat manusia dengan Pencipta
alam dan seisinya.
4. Nilai
moral merupakan suatu penggambaran tentang nilai-nilai
kebenaran, kejujuran, dan ajaran kebaikan tertentu yang bersifat praktis.
5. Nilai
sosial berkaitan erat antara hubungan individu dan individu
lainnya dalam satu kelompok.
TEKS
HIKAYAT SA-IJAAN DAN IKAN TODAK
Hikayat Sa-ijaan dan
Ikan Todak
Menurut
sahibul hikayat, sebermula ada seorang Datu yang sakti mandraguna sedang
bertapa di tengah laut. Namanya Datu Mabrur. Ia bertapa di antara Selat Laut
dan Selat Makassar.
Siang-malam
ia bersamadi di batu karang, di antara percikan buih, debur ombak, angin,
gelombang dan badai topan. Ia memohon kepada Sang Pencipta agar diberi sebuah
pulau. Pulau itu akan menjadi tempat bermukim bagi anak-cucu dan keturunannya,
kelak.
Hatta,
ketika laut tenang, seekor ikan besar tiba-tiba muncul dari permukaan laut dan
terbang menyerangnya.Tanpa beringsut dari tempat duduk maupun membuka mata,
Datu Mabrur menepis serangan mendadak itu.
Ikan
itu terpelanting dan jatuh di karang.Setelah jatuh ke air, ikan itu menyerang
lagi.Demikian berulang-ulang.Di sekeliling karang, ribuan ikan lain mengepung,
memperlihatkan gigi mereka yang panjang dan tajam, seakan prajurit siap
tempur.Pada serangannya yang terakhir, ikan itu terpelanting jatuh persis saat
Datu Mabrur membuka matanya.
“Hai,
ikan!Apa maksudmu mengganggu samadiku? Ikan apa kamu?”
“Aku
ikan todak, Raja Ikan Todak yang menguasai perairan ini. Semedimu membuat lautan
bergelora. Kami terusik, dan aku memutuskan untuk menyerangmu. Tapi, engkau
memang sakti, Datu Mabrur. Aku takluk,” katanya, megap-megap. Matanya
berkedip-kedip menahan sakit. Tubuhnya terjepit di sela-sela karang tajam.
“Jadi,
itu rakyatmu?”Datu Mabrur menunjuk ribuan ikan yang mengepung karang.“Ya,
Datu. Tapi, sebelum menyerangmu tadi, kami telah bersepakat. Kalau aku kalah,
kami akan menyerah dan mematuhi apa pun perintahmu.”
“Datu,
tolonglah aku. Obati luka-lukaku dan kembalikanlah aku ke laut. Kalau terlalu
lama di darat, aku bisa mati. Atas nama rakyatku, aku berjanji akan mengabdi
padamu, bila engkau menolongku...” Raja Ikan Todak mengiba-iba.Seolah sulit
bernapas, insangnya membuka dan menutup.
“Baiklah,”
Datu Mabrur berdiri.“Sebagai sesama makhluk ciptaan-Nya, aku akan menolongmu.”
“Apa
pun permintaanmu, kami akan memenuhinya. Datu ingin istana bawah laut yang
terbuat dari emas dan permata, dilayani ikan duyung dan gurita? Ingin
berkeliling dunia, bersama ikan paus dan lumba-lumba?”
“Tidak.
Aku tak punya keinginan pribadi, tapi untuk masa depan anak-cucuku nanti....”
Lalu, Datu Mabrur menceritakan maksud pertapaannya selama ini.
“Akan
kukerahkan rakyatku, seluruh penghuni lautan dan samudera. Sebelum matahari
terbit esok pagi, impianmu akan terwujud. Aku bersumpah!” jawab Raja Ikan
Todak.
Datu
Mabrur tak dapat membayangkan, bagaimana Raja Ikan Todak akan memenuhi
sumpahnya itu. “Baiklah. Tapi kita harus membuat perjanjian. Sejak sekarang kita
harus sa-ijaan, seiring sejalan. Seia sekata, sampai ke anak-cucu kita. Kita
harus rakat mufakat, bantu membantu, bahu membahu. Setuju?”
“Setuju,
Datu...,” sahut Raja Ikan Todak yang tergolek lemah. Ia sangat membutuhkan air.
Mendengar
jawaban itu, Datu Mabrur tersenyum. Dengan hati-hati, dilepaskannya tubuh Raja
Ikan Todak dari jepitan karang, lalu diusapnya lembut.
Ajaib!
Dalam sekejap, darah dan luka di sekujur tubuh Raja Ikan Todak itu mengering!
Kulitnya licin kembali seperti semula, seakan tak pernah luka. Ikan itu
menggerak-gerakkan sirip dan ekornya dengan gembira.
Dengan
lembut dan penuh kasih sayang, Datu Mabrur mengangkat Raja Ikan Todak itu dan
mengembalikannya ke laut. Ribuan ikan yang tadi mengepung karang, kini berenang
mengerumuninya, melompat-lompat bersuka ria.
“Sa-ijaan!”seru
Raja Ikan Todak sambil melompat di permukaan laut. “Sa-ijaan!” sahut Datu
Mabrur. Sebelum tengah malam, sebelum batas waktu pertapaannya berakhir, Datu
Mabrur dikejutkan oleh suara gemuruh yang datang dari dasar laut. Gemuruh perlahan, tapi pasti. Gemuruh suara itu
terdengar bersamaan dengan timbulnya sebuah daratan, dari dasar laut! Kian
lama, permukaan daratan itu kian tampak. Naik dan terus naik! Lalu, seluruhnya
timbul ke permukaan!
Di
bawah permukaan air, ternyata jutaan ikan dari berbagai jenis mendorong dan
memunculkan daratan baru itu dari dasar laut. Sambil mendorong, mereka serempak
berteriak, “Sa-ijaan! Sa-ijaan! Sa-ijaaan...!” Datu Mabrur tercengang di karang
pertapaannya. Raja Ikan Todak telah memenuhi sumpahnya!
Bersamaan
dengan terbitnya matahari pagi, daratan itu telah timbul sepenuhnya. Berupa
sebuah pulau. Lengkap dengan ngarai, lembah, perbukitan dan pegunungan. Tanahnya
tampak subur. Pulau kecil yang makmur.
Datu
Mabrur senang dan gembira. Impiannya tentang pulau yang akan menjadi tempat
tinggal bagi anak-cucu dan keturunannya, telah menjadi kenyataan. Permohonannya
telah dikabulkan. Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Sang Pencipta, ia
menamakannya Pulau Halimun.
Alkisah,
Pulau Halimun kemudian disebut Pulau Laut. Sebab, ia timbul dari dasar laut dan
dikelilingi laut. Sebagai hikmahnya, kata sa-ijaan dan ikan todak dijadikan
slogan dan lambang Pemerintah Kabupaten Kotabaru.
(Buku
Siswa Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia Kelas X)
Contoh
analisis nilai yang terdapat pada cerita Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak
berikut:
Tabel analisis nilai pada teks “Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak”
Nilai |
Konsep Nilai |
Kutipan Teks |
Budaya |
Saling
tolong menolong dan bermusyawarah |
Datu
Mabrur dan Ikan Todak saling bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah kemudian
saling tolong menolong. Datu Mabrur menyembuhkan Ikan Todak dan Ikan Todak
memenuhi janjinya kepada Datu Mabrur untuk membuatkan sebuah pulau. |
Pendidikan |
Tetap
berjuang dalam mencapai tujuan |
Digambarkan
Datuk Mabrur tetap bertapa begitu lama walaupun siang dan malam serta
diserang oleh ikan todak. |
Religius |
Berdoa
dan bersyukur kepada Tuhan. |
Ia
memohon kepada Sang Pencipta agar diberi sebuah pulau. Dengan memanjatkan
puji dan syukur kepada Sang Pencipta, ia menamakannya Pulau Halimun. |
Moral |
Memikirkan
masa depan keluarga dan keturunan |
“Tidak.
Aku tak punya keinginan pribadi, tapi untuk masa depan anak-cucuku nanti....”
Lalu, Datu Mabrur menceritakan maksud pertapaannya selama ini. |
Sosial |
Bekerja
sama dalam mencapai sebuah tujuan. |
Kita
harus rakat mufakat, bantu membantu, bahu membahu. Setuju?” |
Komentar
Posting Komentar